Cari Blog Ini

Minggu, 12 Juni 2011

Rindu Hujan

Sajakku untuk angin yang mulai tenang,
untuk awan yang tak lagi hitam, kepada hujan yang sedang bersemayam.


Tak biasa angin tenang.. Biasanya ricuh bahkan saling beradu.
Tak biasa angin berhembus pelan.. Biasanya kejam hingga melenyapkan.

Dari angin kulihat awan, bertahta dalam gumpalannya yang kian hitam, pekat bergelantungan.

Dari awan kulihat hujan, deras dengan air yang keras, membawa langit habis terperas.

Kini tak ada lagi angin..tak ada lagi awan..bahkan hujan.
Semuanya tenang...aman..tentram.

Namun aku rindu pada hujan. . . Pada hitamnya awan. . Serta gaduhnya angin yang mengancam. .

Karena dari situlah kita berdiri berpegang tangan.

-NaYa-

`Kesalahan Terindah`

`Kesalahan Terindah`

Aku mengagumimu selayaknya hawa patuh kepada adam, senafsu zulaikha mengagumi yusuf, serta setulus juliet kepada romeo, damai bila melihat senyum di mata indahmu. Burung-burung melantunkan syair merdunya ketika aku mendapati dirimu berjalan seiring irama sendu hatiku. Melihatmu bermain diantara rumput liar, menari bersama capung tanah lapang adalah indah..sungguh sangat indah.

Aku mengagumimu seperti aku memilikimu. Menganggap dirimulah bagian dari hatiku adalah mimpi yang senantiasa berkejaran dalam malam panjangku.
Aku mengenalmu saat aku hilang arah, tak mampu berpegang pada satu hati, membuatku merasa nyaman bersanding denganmu melewati hari. Senyum yang setia terukir di sela-sela bibir tipismu selalu membuatku bersemangat menjalani mimpi.


Pernahkah kau merasakan saat aku dengan sengaja mengajakmu menikmati malam. Berjuta alasan agar aku bisa bersamamu, walau hanya separuh waktu. Pernakah kau membaca rangkaian kata yang melompat-lompat diantara bola mataku, itulah api biru yang inginkan siraman cinta dari hatimu.

------

Mataku tetap setia menjelajahi malam ini, meski putaran waktu memaksaku untuk berhenti. Aku lemah dalam arah. Sesekali aku diam dan membayangkan penunjuk arah dalam malamku yang parah. Aku menyusuri setapak demi setapak ingatan masa lalu. Mencoba menelisik diantara waktuku yang pernah terbuang bersamamu. Namun semua tak pernah mampu tuk menarik hatimu masuk dalam relung jiwaku.

Aku bersandar pada lelah. Tampak langit kamarku berubah seperti remah, berhamburan perlahan menusuk mata, hingga bening mutiara memaksaku tuk jatuh tersungkur menikmati bayangmu yang perlahan luntur.


Salahkah bila rasaku ada untukmu?
Pantaskah bila aku ingin dapatkan rasamu?

-----

Aku mencoba menghapus bayangmu yang bagiku sungguh tak mampu, melupakan semua kebersamaan yang sepertinya tak layak untuk dikenang. Aku menyerah dalam diam, menyoba menutup mata, mulut dan telinga dari semua tentangmu.
Biarlah waktu yang hapus aku dari rasaku kepadamu.
Selamat. . Malam. .


-NaYa-