Cari Blog Ini

Kamis, 23 Mei 2013

Oase

Kawan, kamu tahu apa yang paling membuatku bahagia di dunia ini? Bukan karena mendapatkan baju bagus, gadget yang up to date atau benda mewah lainnya. Yang membuatku bahagia adalah menemukanmu. Seperti sudah jarang, bahkan langka, ada seorang yang sepertimu. Kamu tahu kawan? Menemukanmu adalah seperti menemukan setitik oase di tengah sahara nan luas.


Malam itu, kita sedang menikmati panasnya jagung bakar dan kopi yang kita sruput di bukit bintang. Hawa dingin sungguh menusuk membawaku dan beberapa kawan lain ke dalam obrolan tentang daging dan perempuan. Ditengah perdebatan itu, kamu hanya tersenyum sambil meneruskan menulis. Katamu, apa hasil bicara kalian? Apakah memberi perubahan? Lalu kamu melanjutkan kembali menarikan penamu di lembar demi lembar blocknote yang selalu kamu bawa kemanapun kamu ada.


Pernah juga ketika aku `ngotot` soal LPG 3KG yang mulai langka, kamu hanya tertawa kecil lalu mulai memetik dawai gitar dan bersenandung. Kamu baru berhenti ketika aku berteriak kencang dengan memanggil namamu, "Fikriiiiii.....".


Kamu selalu acuh ketika issu-issu hangat beredar di media. Bagimu, berita-berita `uneducated` itu tak ubahnya seperti bakwan-bakwan hangat yang tersedia di meja bu tini, pedagang gorengan favoritmu. Belum dua jam semua gorengan panas itu telah habis. Kamu bilang, tidak usah heboh. Paling satu dua minggu lagi sudah berganti berita `heboh` lain. Percayalah. Demi Tuhan!


Aku mungkin baru mengenalmu, kawan. . Namun satu hal yang perlu kamu tahu, aku belum pernah mempunyai teman yang sepertimu. Jangan GR dulu ya. . Rerata mereka hanya tukang gosip, sekedar mencari kesalahan orang lain, omong besar dan selalu heboh. Sedang kamu, yang lebih berbicara adalah tanganmu. Lewat tulisanmu.


Pernah suatu kali aku kaget. Kolom opini sebuah koran nasional bertuliskan namamu. Yang sangat aku tidak percaya, obrolan tentang daging dan perempuan yang hanya kau balas dengan senyum itu seakan meleleh dan meluap di halaman ini. Kau utarakan dari pelbagai sudut pandang. Kau kuatkan dengan teori materialism, hedonism dan lain-lain yang tidak satupun aku pahami. Sungguh indah tulisanmu, kawan. . .


Pernah di satu waktu tiba-tiba sebuah pesan singkat mampir di ponselku. Itu darimu. `Jangan terlalu menjadi budak novel. Mulailah membaca bacaan yang lebih membangun cara berfikirmu, Nay kecil...`.

Aku tidak membalas pesanmu. Aku lebih memilih membiarkan mulutku memakimu atas tuduhan yang entahlah, selalu membuatku tersinggung namun terasa nikmat. Kamu hanya diam atas segala ocehanku. Lalu, beberapa detik kemudian petikan gitarmu terdengar. "Nay, sudah ngomongnya? Mau dengarkan lagu baruku?", katamu sambil tersenyum. Aku seperti tersiram air es dibawah suhu minus yang paling minus. Dan entah mengapa, aku selalu menikmatinya.



Gresik, 23 Mei 2013
22:04

Sabtu, 11 Mei 2013

Pemberhentian Terakhir

Setiap titik-titik yang diteteskan hujan itu mempunyai cerita. Embun yang setia pada pagipun awalnya hanya setitik dan lamat-lamat menyisahkan basah yang sangat. Begitupun dalam setiap ceritera. Titik-titik membawa pada kalimat yang panjang dan bermuara sebagai sebuah kisah. Lambat laun kisahpun tak cukup satu, ada dua, tiga, bahkan beberapa.


Setiap langkah mempunyai alasan. Tiap-tiap alasan memberikan makna. Bukan hanya satu makna,ada pula dua, tiga hingga hampir lima. Langkah membawa pada satu tujuan. Ada yang bilang, tujuan itu tidak begitu penting. Yang lebih berharga adalah perjalanan. Entah dengan apa langkah yang diambil untuk sampai pada tujuan. Yang jelas menikmati perjalanan membawa pada satu kepuasan. Oh ya, bisa lebih darisatu, dua, tiga dan seterusnya.


Namun, pada saatnya,semua itu akan terhenti. Yang menghentikan adalah masa. Hasil akhir sangatlah ditentukan oleh permulaan. Titik-titik hujan itu akhirnya akan menjadi banjir jika tidak terhalang hutan rindang. Begitu pula tiap langkah yang tidak dibentengi oleh kekuatan dan keyakinan teguh. Langkah yang tidak memilki tujuan. Langkah-langkah itu tak berguna. Sia-sia.


Gresik, 11 Mei 2013
Noura