Cari Blog Ini

Rabu, 30 Desember 2015

KALEIDOSKOP 2015



Rasanya, waktu berjalan cepat. Entah sudah berkah atau belum hidup saya, yang jelas Tuhan sudah terlalu baik kepada saya. Ia telah memberikan nikmatnya yang tak terhingga kepada saya. Rasanya, saya agak jauh melupakan Tuhan. Namun ia tidak pernah sedikitpun melupakan saya. Justru Ia selalu mengingatkan saya dengan cara-caranya yang luar biasa. Inilah yang membuat saya malu jika harus menjauh. Saya berusaha untuk lebih dekat lagi, mencumbuinya kembali dengan setulus hati.

Januari 2015

Lembaran baru itu benar-benar dimulai. Menikah di usia yang belum genap dua puluh lima tahun, kurang dari target menikah yang saya tetapkan yaitu di usia tepat dua puluh lima tahun. Memutuskan sesuatu yang sebelumnya sempat ditarik ulur adalah bukan hal yang mudah. Akhirnya Tuhan memberikan jalan. Ia mempermudah segalanya. Sesungguhnya antara siap dan tidak siap. Ada banyak hantu yang merusak kalbu. Ingin mundur tapi sudah terlanjur. Ingin maju tapi rasanya tidak mampu. Beruntungnya Ia selalu menggandeng tangan. Tuhan tidak pernah salah mengacungkan tangan-Nya.

Februari 2015

Semakin takjub dengan purnama. Semakin bangga dengan kesabarannya. Sebulan menikah, semua pertanyaan selama sembilan tahun bersama terjawab sudah. Dia tidak pernah mengeluh. Dia selalu sabar meski merasa terpinggirkan. Dia hebat.

Maret 2015

Menikah sejatinya bukanlah perubahan. Tapi memang rasanya berbeda. Dan lagi-lagi dia selalu memberi pencerahan. Dari sinilah saya memahami bagaimana arti dari berbagi. Dan saya sangat menikmati.

April 2015

Lagi-lagi Tuhan menguji. Perasaan tidak nyaman itu selalu menghampiri. Tapi sekali lagi, purnama itu selalu berikan sinarnya yang terang.

Mei 2015

Perdana mengetahui jika saya positif hamil. Rasa sakit itu saya anggap biasa. Tidak tahunya itu adalah hal serius. Kata dokter, Blighted Ovum. Saya harus menerima kenyataan jika embrio itu harus diambil di hari pertama saya mengetahui keberadaannya. Embrio yang tidak berkembang karena sel telur yang kurang sempurna. Entah faktor apa yang menyebabkan hal itu terjadi tapi saya sangat benci jika harus dikaitkan dengan kesibukan saya bekerja. Ini murni kelainan sel. Tuhan memang belum mempercayakannya untuk kami.

Juni 2015

Belum bisa mempercayai keadaan. Harapan saya hanya satu, selalu menjadi pendukung di setiap langkahnya. Karena itulah sejatinya yang dia butuhkan.

Juli 2015

Tuhan kembali menguji. Sepertinya ini jawaban untuk kejadian di bulan Mei. Akan ada kejadian ini sehingga Tuhan harus mengambil calon bintang kecil itu dari kami. Tuhan Maha Berencana.

Agustus 2015

Sudah tiga bulan pasca kejadian di bulan Mei. Kata dokter ini sudah saatnya. Tapi kami belum bisa menyegerakan ini. Ada banyak hal yang menghantui pikiran kami. Ada banyak hal yang harus disiapkan. Kami memutuskan untuk sengaja menundanya hingga saat yang belum bisa kami tentukan.

September 2015

Bulan ini, rasanya lupa jika saya pernah mengalami masa-masa sulit. Ini terjadi setelah saya mendengar kabar jika cerpen saya berjudul “Janji di Langit Senja” siap terbit dalam kumcer “Jodoh Pasti Bertamu” dari Penerbit Indiva. Cerpen ini saya tulis di bulan Maret, setelah saya menikah.

Oktober 2015 

“Jodoh Pasti Bertamu” sudah ready di Gramedia dan toko buku online. Ah, rasanya campur aduk. Agak alay sih. Tapi merasa bangga saja jika nama saya ada di dalamnya. Semakin bangga ketika suami bilang: “Tahun depan bikin buku solo ya. Jangan buku keroyokan saja. Pasti bisa.” Ah, lagi-lagi keyakinan dan semangat darinya yang menguatkan.

November 2015                                                                                                               

Perdana merayakan ulang tahun berdua. AlhamdulIllah. Merayakan bersama setelah menikah rasanya bahagia saja.

Desember 2015

Dan, inilah puncak dari segalanya. Saya sudah merencanakan untuk menikmati liburan semester di tempat asal ibu saya, pulau Bawean. Ini sekaligus kado ulang tahun pernikahan kami yang pertama untuk kami sendiri dan kado harri ibu bagi ibunda tercinta. Saya bangga bisa membuatnya tertawa lepas tanpa beban. Saya bahagia bisa membuatnya ceria. Saya bangga bisa mempertemukan ibu saya dengan saudara-saudaranya. Lagi-lagi Tuhan sangat mencintai saya. Setelah duka pasti ada suka. Purnama itu selalu mencerahkan. Dia bilang, “Ini balasan dari orang yang sabar”.

Desember akan segera berakhir. 2015 akan segera menutup lembarannya. Akhir tahun lalu saya menulis, “saya hanya berharap wujud dari mimpi-mimpi kami akan indah”. Saya sudah mendapatkan mimpi saya dengan dipersunting oleh purnama terindah yang selama ini menemani saya. Entah harapan tentang indahnya mimpi itu sepenuhnya terwujud atau tidak. Namun yang saya rasakan adalah Tuhan terlampau mencintai saya dengan caranya yang luar biasa. Ia selalu memberikan rasa nyaman dan berkah atas apa yang terjadi. Kunci segalanya adalah sabar. Terimakasih telah memberikan purnama terang bagi hari-hari saya yang agaknya kurang benderang.

Resolusi 2016
  • Saya sangat ingin ada satu buku solo saya yang diterbitkan, entah itu dari penerbit minor atau mayor. Mungkin akan ada beberapa buku keroyokan lagi yang bisa dibanggakan.
  • Saya sangat ingin diberikan kesiapan untuk menikmati anugerah Tuhan berupa bintang-bintang kecil yang melengkapi kehidupan kami. Entah itu dengan masih tetap bekerja atau harus meninggalkan pekerjaan saya. Semoga saya diberikan kekuatan. Karena saya tidak ingin menjadi yang biasa-biasa saja. Saya ingin menjadi yang luar biasa.


Terimakasih, Tuhan.
Terimakasih, Purnama.

Nay

Akhir Tahun Dua Ribu Lima Belas

Rabu, 13 Mei 2015

Laju Perahuku (Prolog)

Kata siapa hidup selalu berjalan mulus? Roda tidak selalu berputar di jalan yang lurus. Belokan, kerikil tajam, tikungan yang menukik atau bahkan jalanan yang mendaki tajam akan sering ditemui nantinya. Perahupun tak akan lancar di tengah samudera. Ombak yang beringas kadang menyapa anggun. Pada akhirnya, segalanya bergantung pada hati. Apakah ia sanggup sedikit bersabar demi ujung yang bercahaya? Ataukah ia menyerah dan membiarkan segalanya sia-sia.

Ini perjalanan hidupku, cintaku dan segala harapku. Kamu mau mendayung bersamaku? Nantinya akan aku tunjukkan satu demi satu cahaya indah yang pernah mengujiku. Ya. Ombak itu. Ombak yang setia menguji laju perahuku.

----

Tentang cinta?
Ah, jangan tanya. Nanti akan aku ceritakan kepadamu. Kamu hanya perlu tetap menemaniku mendayung.


Bersambung.........................................

nay

Hasil gambar untuk perahu senja

Rabu, 06 Mei 2015

Saya dan Blighted Ovum

Saya baru saja tahu istilah Blighted Ovum (BO) setelah divonis dokter mengalami kelainan tersebut pada rahim saya beberapa hari yang lalu. Sejak saat itu saya rajin mengakses informasi tentang BO yang sebagian orang menyebutnya dengan Kehamilan Kosong. Sebenarnya apa dan bagaimana Blighted Ovum ini terjadi? Saya bukan wanita rumah tangga yang setiap kali harus di rumah. Pekerjaan saya mengharuskan saya berpindah tempat kerja. Hal ini membuat saya biasa di luar. Selain itu, jika tidak sedang bekerja saya biasa di rumah dengan banyak aktifitas rumah tangga selayaknya, seperti mencuci, menyetrika, membersihkan rumah dan sebagainya. Sudah bisa dipastikan bagaimana keadaan saya. Karena keaktifan yang saya miliki, kerap langkah kaki saya kurang bisa terkontrol. Saya sering berjalan cepat, berlompatan dan tidak pernah bisa berjalan tenang. Akibatnya saya sering terpeleset atau hilang kendali ketika berjalan.
Dalam artikel yng saya baca, Blighted Ovum diartikan sebagai kehamilan tanpa embrio. Pada saat terjadi pembuahan, sel-sel tetap membentuk kantung ketuban, plasenta, namun telur yang telah dibuahi (konsepsi) tidak berkembang menjadi sebuah embrio. Pada kondisi blighted ovum kantung kehamilan akan terus berkembang, layaknya kehamilan biasa, namun sel telur yang telah dibuahi gagal untuk berkembang secara sempurna. Maka pada ibu hamil yang mengalami blighted ovum, akan merasakan bahwa kehamilan yang dijalaninya biasa-biasa saja, seperti tidak terjadi sesuatu, karena memang kantung kehamilan berkembang seperti biasa. Pada saat awal kehamilan, produksi hormon HCG tetap meningkat, ibu hamil ketika di tes positif, juga mengalami gejala seperti kehamilan normal lainnya, mual muntah, pusing-pusing, sembelit dan tanda kehamilan lainnya. Namun ketika menginjak usia kehamilan 6-8 minggu, ketika ibu hamil penderita blighted ovum  memeriksakan kehamilan ke dokter dan melakukan pemeriksaan USG, maka akan terdeteksi bahwa terdapat kondisi kantung kehamilan berisi embrio yang tidak berkembang. Jadi, gejala blighted ovum dapat terdeteksi melalui pemeriksaan USG atau hingga adanya perdarahan layaknya mengalami gejala keguguran mengancam (abortus iminens) karena tubuh berusaha mengeluarkan konsepsi yang tidak normal.
(Sumber :Mengenal Kehamilan Kosong atau Blighted Ovum (BO) - Bidanku.comhttp://bidanku.com/mengenal-kehamilan-kosong-atau-blighted-ovum-bo#ixzz3ZLDhSZnz
)
Sejauh ini penyebab utama BO belum bisa dipastikan secara spesifik. Menurut beberapa sumber penyebab blighted ovum cukup beragam, di antaranya: Hampir 60% blighted ovum (kehamilan kosong) disebabkan adanya kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan sel sperma. Infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan sakit kencing manis/diabetes melitus yang tidak terkontrol. Semakin tua usia istri dan suami serta semakin banyak jumlah anak yang dimiliki juga dapat memperbesar peluang terjadinya kehamilan kosong. Hal itu disebabkan karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun. Rendahnya kadar hormon pembentuk placenta beta HCG (Human Chorionic Gonadotropin) serta faktor imunologis (terbentuknya antibodi terhadap janin) dan Pembelahan sel yang abnormal. Meskipun begitu, gejalanya dapat dengan mudah diamati seperti: Periode menstruasi terlambat. Keram perut. Minor vagina atau bercak perdarahan. Tes kehamilan positif pada saat gejala. Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan. Hampir sama dengan kehamilan normal. Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat kemerah-merahan, keram perut, bertambahnya ukuran rahim yang lambat). Tidak sengaja ditemukan dengan USG.
Tanggal 1 Mei 2015 saya mencoba tes urin dan hasilnya positif hamil dengan dua garis yang kabur. Artinya hormon HCG dalam urin saya berkadar rendah. Setelah mengetahui positif, saya merasakan ada yang berbeda di dalam perut. Seperti keram perut akut yang sering saya alami ketika menstruasi. Setiap malam yang saya rasakan sama. Saya sudah berencana dengan suami untuk segera memeriksakan ke bidan. Karena kesibukan, kami akhirnya memutuskan untuk periksa tanggal 4 Mei sore setelah pulang kerja. Tanggal 3 Mei sekitar jam dua siang saya ke kamar mandi. Saya kaget karena menggalami pendarahan yang cukup banyak seperti ketika sedang menstruasi. Saya tunggu sampai malam masih tetap mengeluarkan darah. Malam harinya keram perut saya semakin tidak  tertahan. Seperti rencana semula, tanggal 4 Mei sore hari saya ke bidan. Bidan menyatakan usia kandungan saya sudah sekitar delapan minggu. Melihat gejala yang saya alami, beliau menyarankan untuk segera USG ke Rumah Sakit. Saya diberi surat rujukan lalu segera saya konsultasikan pada dokter Rumah Sakit tersebut. Melihat hasil USG saya tidak bisa berkata apa-apa. Blighted Ovum tidak bisa dipertahankan. Jika harus dipertahankan, sama saja dengan menunggu sesuatu yang tidak pasti. Dokter memberi rujukan ke Bidan. Jika bidan saya menyetujui untuk melakukan proses kuretase maka saya harus segera ditindak untuk membersihkan rahim saya dari kantung janin yang berembrio abnormal. Bidan menyetujui dan akhirnya tanggal 5 Mei 2015 jam 8 saya masuk ruang bersalin Rumah Sakit, perawat memberi saya perangsang pembukaan jalan lahir. Saya harus menunggu selama lima jam dengan berbaring di ranjang ruang bersalin. Pukul 13.30 dokter masuk dan memulai proses kuretase. Saya tidak dapat merasakan apa-apa karena rasa kantuk yang sangat setelah perawat menyuntikkan obat di lengan saya. Yang saya ingat saya hanya merasa masuk dalam sebuah terowongan panjang, semacam labirin yang berwarna biru. Saya mendengar percakapan dokter dan dua perawat. Lalu saya terbangun dan merasakan darah mengalir deras dari jalan lahir saya. Prosesnya selesai sekitar satu jam. Saya baru sadar sekitar jam 15.00.
Dari sini saya belajar, bagaimana seorang wanita harus menjaga dirinya dari segala masalah yang mungkin dihadapi. Menjadi wanita tidaklah mudah. Sekali salah langkah maka nyawa yang menjadi taruhannya. Saya menyimpulkan sendiri peyebab BO yang saya alami ini adalah karena aktifitas yang tidak menentu serta seringnya saya terpeleset dan kurang hati-hati ketika berjalan (Yang selanjutnya saya tahu bahwa penyebab utamanya adalah pola makan yang tidak sehat. Wallahu A'lam).
Selamat Jalan, calon kakak kecil. Semoga setelah tiga bulan proses pemulihan ini akan segera hadir calon adik-adikmu.

Nay

06 Mei 2015 

Minggu, 22 Februari 2015

Secangkir Senyum

Menikmati pagi dengan secangkir senyummu yang menyungging akan selalu jadi pemanis di hari-hariku. Sejak saat itu, segalanya akan terasa manis.Senyuman itu, dalam secangkir hangat yang menyejukkan. Setiap pagi akan selalu kau tunggu, dari tanganku. Senyuman itu akan selalu tersungging saat aku membuatmu terjaga, terbangun dari mimpi yang telah menjadi nyata. Ya. Secangkir senyum itu akan menawarkan semangat membara di pagi buta.

Secangkir senyum itu kini kita nikmati berdua. Segalanya akan terasa lebih kuat karena kita tahu bahwa Tuhan memberikannya untuk berdua. Kita tidak lagi berjalan masing-masing. Secangkir penuh senyum itu kini tak lagi habis sendirian.

Kamu tahu, tiga perempat nafas ini akan selalu ada bersamamu. Jika aku diberi Tuhan umur seratus tahun, maka tujuh puluh lima tahun mendatang akan kulewati bersamamu. Karenanya, aku tidak pernah ingin salah pilih.


nay

senyum secangkir kopi 
 https://annisazizah.files.wordpress.com/2012/10/304447_372932056119775_1110476469_n.jpg

Selasa, 03 Februari 2015

Dua Mantera Ajaib







Pintu hati saya selalu terketuk akan dua hal, Dua Mantera Ajaib. Yang pertama, saya sangat yakin bahwa Tuhan tidak pernah miskin memberikan nikmatnya kepada kita, para hamba-Nya. Fabiayyi aalaa i robbikumaa tukadzdzibaan. Penggalan Ar-Rahman yang diucapkan berulang-ulang tersebut senantiasa membuat hati saya menangis. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang pantas kita dustakan?
Kita terlampau lupa bahwa Tuhan telah memberikan segalanya bagi kita. Kita tidak pernah merasa puas. Kita selalu meminta lebih dari apa yang sudah kita dapatkan. Kadang, melimpahnya harta menjadi tolok ukur bagi sebuah nama, yakni nikmat. Namun, sadarkah kita bahwa sebenarnya nafas, detak jantung, serta kesempatan yang selalu kita miliki adalah nikmat-Nya yang sungguh tidak terkira?
Kita tidak pernah menyadari bahwa segala yang pernah kita alami saat ini adalah buah dari apa-apa yang pernah kita lakukan di masa lalu. Ya. Saya telah membuktikannya. Saya memang bukanlah hamba yang cukup suci untuk tidak berbuat salah. Saya akui, khilaf seringkali muncul melebihi alam sadar. Namun saya selalu berusaha merayu Tuhan dengan cara saya sendiri. Dan, saya berhasil. Tuhan masih sangat sayang kepada saya.
Saya sangat mengagumi cara Tuhan mempertemukan saya dengan laki-laki yang sekarang menjadi suami saya. Seperti yang saya katakan di atas, bahwa segala laku kita di masa lalu akan membuahkan hasil di masa depan. Saya telah menjalin hubungan dengan suami saya sejak sembilan tahun yang lalu. Orang hanya tahu bahwa hubungan yang terlampau lama ini pasti telah menghasilkan berupa-rupa kejadian yang sudah bukan barang rahasia. Orang hanya tahu kami sering jalan berdua, mengunjungi rumah masing-masing serta intens mengunjungi jejaring sosial.  Namun, mereka tidak pernah tahu apa yang sedang kami berdua lakukan jika bertemu, bagaimana cara kami menghabiskan waktu berdua, apakah kami benar-benar pergi hanya berdua atau ada teman bersama kami, bagaimana cara kami membatasi diri untuk bersikap, bagaimana cara kami menghindar untuk berdekatan. Ya. Hanya kami dan Tuhan yang tahu. Karenanya, maka Tuhan memudahkan jalan kami menuju bahagia. Pernikahan kami dilancarkan. Segalanya dimudahkan. Tuhan menunjukkan balasan atas kesabaran kami untuk bersikap. Tuhan memberikan hadiah terindah bagi kami berdua dengan sebuah ikatan suci. Maka, masihkah saya mendustakan segala Nikmat-Nya? Nikmat mana lagi yang pantas kita dustakan, wahai manusia?
Yang kedua, petikan At Tholaq ayat tiga inilah yang sekali lagi selalu mengetuk hati saya. Tuhan selalu memberikan nikmat dengan tangannya sendiri, dengan caranya sendiri, dengan apa yang telah diyakininya. Wayarzuqhu min haitsu laa yahtasib. Tuhan memberi rezeki kepada hamba-Nya berupa nafas, detak jantung, kesempatan dan segala nikmat hidup dengan caranya yang tidak pernah kita duga, tidak pernah kita kira sebelumnya.
Mengenai saya, saya bukanlah dari keluarga menengah ke atas yang selalu mudah menunjuk sesuatu ketika menginginkannya. Saya harus berfikir panjang tentang baik buruknya, menghemat dengan segala cara, rajin menabung demi apa yang saya impikan. Saya selalu berkeyakinan bahwa Tuhan akan mengganti segala yang kita keluarkan, asal dengan ikhlas. Tuhan tidak akan lupa untuk mengembalikan segalanya ketika kita benar-benar membutuhkannya. Saya tidak menyebut diri saya adalah orang paling ikhlas di mata Tuhan. Namun saya selalu berdoa agar segala apa yang saya perbuat selalu dilandasi niat tulus dan ikhlas. Tuhan maha tahu apa yang ada dalam diri saya.
Saya pun telah membuktikan akan hal ini. Saya adalah tertua dari tiga bersaudara. Ibu saya adalah seorang single parent yang gajinya hanya cukup untuk dirinya sendiri. Kedua adik saya sedang menempuh pendidikan sarjana. Saya satu rumah dengan paman dan bibi saya. Mereka memiliki anak-anak yang selalu membuat hari saya ceria. Saya tidak pernah bisa untuk tidak memberikan mereka “oleh-oleh” ketika saya bepergian. Nah, biasanya setelah saya “bagi-bagi”, selalu saja ada rezeki yang datangnya tidak saya duga. Entah itu ada bonus dari kantor, pulsa yang tetiba terisi, sisa uang saku yang ikut terendam cucian dan baru saya temukan, dan sebagainya. Ya. Tuhan mengembalikannya dengan cara yang tak terduga. Min hatsu laa yahtasib.
Pada akhirnya, segala sesuatu bergantung pada diri masing-masing. Tuhan sangat sayang pada kita, hamba-Nya. Tinggal kita sajalah yang mampu mengartikan dengan baik akan kasih sayang Tuhan atau malah mendustakan segalanya.
Dari semua itu, sangat pantas jika saya mengucap syukur atas segala nikmat yang telah Tuhan berikan. Tuhan telah memeluk segala mimpi saya lalu akhirnya Ia menyiapkan waktu yang tepat untuk mewujudkannya. Sekali lagi, Tuhan tahu, tapi menunggu.

Nay
Siang Penghujung Januari Tahun Lima Belas
Dalam Nikmat Hujan yang sempat saya dustakan............

Senin, 26 Januari 2015

Film Review: The Woman in Black - Angel of Death


pict: wikipedia.com

directed by:
Tom Harper

Story by:
Susan Hill

Produced by:

Richard Jackson
Ben Holden
Simon Oakes
Tobin Armbrust

Screenplay by:
Jon Croker

Casts:
Phoebe Fox as Eve Parkins
Jeremy Irvine as Harry Burnstow
Helen McCrory as Jean Hogg
Adrian Rawlins as Dr. Rhodes*
Leanne Best as The Woman in Black
Ned Dennehy as Old Hermit Jacob
Oaklee Pendergast as Edward
Genelle Williams as Alma Baker
Leilah de Meza as Ruby
Claire Rafferty as Clara
Jude Wright as Tom
Amelia Pidgeon as Joyce
Pip Pearce as James
Alfie Simmons as Alfie
Casper Allpress as Fraser

=============================================================


Lantas, bagaimana menurutmu jika kamu diutus tempat kerjamu untuk mengamankan siswa-siswamu di sebuah pulau terpencil di tengah laut? Selamat datang kembali di Eel Marsh House.

Cerita bermula saat Eve Parkins dan Jean Hogg harus membawa siswa-siswi mereka ke sebuah tempat yang aman demi menghindari serangan bom Perang Dunia II di London. Dr. Rhodes, sang penanggung jawab evakuasi, membawa mereka ke sebuah rumah tua di pulau terpencil tengah laut. Eel Marsh House, demikian rumah itu disebut. Di perjalanan, Eve bertemu dengan Harry, seorang pilot yang harus pensiun dini akibat ketidakpercayaan publik akan kemampuannya, yang disebabkan oleh kematian rekan-rekannya pada sebuah kecelakaan pesawat.

Keanehan muncul semenjak kedatangan mereka. Eve Parkins memiliki masa lalu yang kelam tentang seorang bayi. Kedatangannya mengusik kembali kehadiran sosok bergaun hitam yang dikenal dengan sebutan "Woman in Black". Seorang lelaki setengah gila bernama Jacob telah mengingatkan Eve dan rombongannya agar kembali ke kota. Crythin Gifford tidaklah aman bagi mereka. Terlebih "dia" telah bersiap menjemput kematian daripadanya.

Tidak ada alternatif lain. Demi keamanan, mereka harus rela melewatkan jatah waktu satu minggu di dalam rumah misterius itu. Keanehan-keanehan semakin muncul. Eve merasakan dengan jelas bagaimana kehadiran sosok misterius itu mengganggu malam-malamnya. Bayangan kesalahan masa lalu itu selalu muncul.

Edward, bocah yang ditinggal mati oleh kedua orangtuanya, ikut serta dalam rombongan tersebut. Ia harus merelakan hari-harinya mencekam di Eel Marsh House. Kehadirannya seperti menjadi umpan bagi sang wanita misterius. Ia yang cukup dekat dengan Eve menjadi satu-satunya media komunikasi sang “Woman in Black” . Kebiasaannya menggambar serta sikap dingin yang dibawanya menjadikan sang “hantu” mudah menguasai dirinya. Eve paham akan itu.

Sebuah ruang bawah tanah selalu mencekam. Kursi goyang terdengar berisik setiap malam. Disusul dengan sebuah ruangan gelap di sudut lorong, sebuah kamar anak-anak. Dia adalah Nathaniel Drablow. Anak asuh keluarga Drablow itu harus merelakan  nyawanya terenggut oleh lumpur ganas di halaman depan. Jennet yang notabene adalah ibu biologis sang bocah merasa dendam. Ia menyalahkan Alice yang tidak becus merawat anaknya.

Harry menemani hari-hari Eve yang selalu ketakutan. Ia mencoba memecahkan masalah dengan menguak rahasia besar Eel Marsh House. Di ruang bawah tanah, ia menemukan sebuah phonograph tua dan lalu memutarnya. Rekaman suara Alice Drablow mengungkapkan semuanya. Kematian si kecil Nathaniel menjadi awal dari segala macam ancaman sang “Woman in Black” yang sangat mendendam.
Eve dan Edwardlah yang menjadi kunci dari semua teror sang wanita misterius. Pada akhirnya, pengorbananlah yang mengakhiri semuanya.

The Woman in Black – Angel of Death menyajikan sebuah petualangan mencekam di sebuah rumah tua bernama Eel Marsh House. Film ini merupakan sekuel dari film selanjutnya, The Woman in Black, yang dibintangi oleh Daniel Radcliffe. Pada seri sebelumnya, film ini disutradai oleh James Watskin. Namun tidak untuk filmyang kedua ini.

Serupa dengan film yang pertama, sutradara Tom Harper menghadirkan kemunculan sang perempuan yang tiba-tiba dengan sangat apik. Tata musik yang lembut namun mencekam menjadi sisi unik film ini. Mainan-mainan anak-anak yang disorot dengan baik oleh kamera menjadikan gambaran mencekam semakin nyata. Bagi penggemar film ini, pasti akan menemukan dua hal yang berbeda antara film pertama dan kedua. Dari segi tokoh utama, sang sutradara menyuguhkan perbedaan karakter yang sangat kuat. Kekuatan karakter inilah yang membuat cerita semakin membekas di benak penonton.

Pada film pertama, superioritas seorang laki-laki sangat dikedepankan. Sang pelaku utama, Daniel Radcliffe menjadi sosok yang sangat diperhitungkan. Keberaniannya mengolah dokumen tua milik pemilik Eel Marsh House sendirian di rumah sebesar itu adalah wujud dari keberanian seorang laki-laki. Sementara itu pada film kedua, tokoh utama adalah perempuan. Perempuan yang rentan akan perasaan membuatnya terlihat lemah. Hal ini tampak jelas terlihat pada sosok Eve Parkins yang diperankan dengan sangat bagus oleh Phoebe Fox. Perasaan bersalah akan dosa masa lalu membuatnya terus dihantui berupa-rupa bayangan kelam.
"Di hari minggu ia mati. Pada senin, ia terlihat. Siapa yang akan mati berikutnya? Pasti kamu!" Begitulah quote yang teringat jelas dalam benak setiap penonton. Lantunan musik mencekam mengiringi suara wanitda mendayu melagukan bait tersebut. Pemutaran yang berulang menambah kesan mistis film ini.

Menciptakan sekuel bagi sebuah film bukanlah perkara mudah. Ada banyak sekali hal yang harus diperhatikan demi kesuksesannya. Banyak penonton kecewajika lanjutan sebuah film jauh dari ekspektasinya. Begitupun dengan film ini. Keputusan mengganti sutradara menjadikan sisi buruk tersendiri bagi film ini. Beberapa adegan dibiarkan terjadi berulang-ulang. Ketidakjelasan alur cerita mungkin membuat penonton yang belum pernah menonton seri pertamanya menjadi bingung. Selain itu, hubungan antara Eve, sang pemeran utama, dengan Edward, bocah kecil, tidak dijelaskan. Hal ini membuat penonton bertanya-tanya, mengapa harus Edward yang menjadi gerbang komunikasi sang “hantu” dengan dunia Eve?. Dan pada akhirnya siapakah Angel of Death itu? Segalanya belum jelas terungkap.

Overall, The Woman in Black – Angel of Death bisa menjadi film pilihan untuk mengisi weekend anda.

Nay
26 Januari 2015