Cari Blog Ini

Rabu, 30 Desember 2015

KALEIDOSKOP 2015



Rasanya, waktu berjalan cepat. Entah sudah berkah atau belum hidup saya, yang jelas Tuhan sudah terlalu baik kepada saya. Ia telah memberikan nikmatnya yang tak terhingga kepada saya. Rasanya, saya agak jauh melupakan Tuhan. Namun ia tidak pernah sedikitpun melupakan saya. Justru Ia selalu mengingatkan saya dengan cara-caranya yang luar biasa. Inilah yang membuat saya malu jika harus menjauh. Saya berusaha untuk lebih dekat lagi, mencumbuinya kembali dengan setulus hati.

Januari 2015

Lembaran baru itu benar-benar dimulai. Menikah di usia yang belum genap dua puluh lima tahun, kurang dari target menikah yang saya tetapkan yaitu di usia tepat dua puluh lima tahun. Memutuskan sesuatu yang sebelumnya sempat ditarik ulur adalah bukan hal yang mudah. Akhirnya Tuhan memberikan jalan. Ia mempermudah segalanya. Sesungguhnya antara siap dan tidak siap. Ada banyak hantu yang merusak kalbu. Ingin mundur tapi sudah terlanjur. Ingin maju tapi rasanya tidak mampu. Beruntungnya Ia selalu menggandeng tangan. Tuhan tidak pernah salah mengacungkan tangan-Nya.

Februari 2015

Semakin takjub dengan purnama. Semakin bangga dengan kesabarannya. Sebulan menikah, semua pertanyaan selama sembilan tahun bersama terjawab sudah. Dia tidak pernah mengeluh. Dia selalu sabar meski merasa terpinggirkan. Dia hebat.

Maret 2015

Menikah sejatinya bukanlah perubahan. Tapi memang rasanya berbeda. Dan lagi-lagi dia selalu memberi pencerahan. Dari sinilah saya memahami bagaimana arti dari berbagi. Dan saya sangat menikmati.

April 2015

Lagi-lagi Tuhan menguji. Perasaan tidak nyaman itu selalu menghampiri. Tapi sekali lagi, purnama itu selalu berikan sinarnya yang terang.

Mei 2015

Perdana mengetahui jika saya positif hamil. Rasa sakit itu saya anggap biasa. Tidak tahunya itu adalah hal serius. Kata dokter, Blighted Ovum. Saya harus menerima kenyataan jika embrio itu harus diambil di hari pertama saya mengetahui keberadaannya. Embrio yang tidak berkembang karena sel telur yang kurang sempurna. Entah faktor apa yang menyebabkan hal itu terjadi tapi saya sangat benci jika harus dikaitkan dengan kesibukan saya bekerja. Ini murni kelainan sel. Tuhan memang belum mempercayakannya untuk kami.

Juni 2015

Belum bisa mempercayai keadaan. Harapan saya hanya satu, selalu menjadi pendukung di setiap langkahnya. Karena itulah sejatinya yang dia butuhkan.

Juli 2015

Tuhan kembali menguji. Sepertinya ini jawaban untuk kejadian di bulan Mei. Akan ada kejadian ini sehingga Tuhan harus mengambil calon bintang kecil itu dari kami. Tuhan Maha Berencana.

Agustus 2015

Sudah tiga bulan pasca kejadian di bulan Mei. Kata dokter ini sudah saatnya. Tapi kami belum bisa menyegerakan ini. Ada banyak hal yang menghantui pikiran kami. Ada banyak hal yang harus disiapkan. Kami memutuskan untuk sengaja menundanya hingga saat yang belum bisa kami tentukan.

September 2015

Bulan ini, rasanya lupa jika saya pernah mengalami masa-masa sulit. Ini terjadi setelah saya mendengar kabar jika cerpen saya berjudul “Janji di Langit Senja” siap terbit dalam kumcer “Jodoh Pasti Bertamu” dari Penerbit Indiva. Cerpen ini saya tulis di bulan Maret, setelah saya menikah.

Oktober 2015 

“Jodoh Pasti Bertamu” sudah ready di Gramedia dan toko buku online. Ah, rasanya campur aduk. Agak alay sih. Tapi merasa bangga saja jika nama saya ada di dalamnya. Semakin bangga ketika suami bilang: “Tahun depan bikin buku solo ya. Jangan buku keroyokan saja. Pasti bisa.” Ah, lagi-lagi keyakinan dan semangat darinya yang menguatkan.

November 2015                                                                                                               

Perdana merayakan ulang tahun berdua. AlhamdulIllah. Merayakan bersama setelah menikah rasanya bahagia saja.

Desember 2015

Dan, inilah puncak dari segalanya. Saya sudah merencanakan untuk menikmati liburan semester di tempat asal ibu saya, pulau Bawean. Ini sekaligus kado ulang tahun pernikahan kami yang pertama untuk kami sendiri dan kado harri ibu bagi ibunda tercinta. Saya bangga bisa membuatnya tertawa lepas tanpa beban. Saya bahagia bisa membuatnya ceria. Saya bangga bisa mempertemukan ibu saya dengan saudara-saudaranya. Lagi-lagi Tuhan sangat mencintai saya. Setelah duka pasti ada suka. Purnama itu selalu mencerahkan. Dia bilang, “Ini balasan dari orang yang sabar”.

Desember akan segera berakhir. 2015 akan segera menutup lembarannya. Akhir tahun lalu saya menulis, “saya hanya berharap wujud dari mimpi-mimpi kami akan indah”. Saya sudah mendapatkan mimpi saya dengan dipersunting oleh purnama terindah yang selama ini menemani saya. Entah harapan tentang indahnya mimpi itu sepenuhnya terwujud atau tidak. Namun yang saya rasakan adalah Tuhan terlampau mencintai saya dengan caranya yang luar biasa. Ia selalu memberikan rasa nyaman dan berkah atas apa yang terjadi. Kunci segalanya adalah sabar. Terimakasih telah memberikan purnama terang bagi hari-hari saya yang agaknya kurang benderang.

Resolusi 2016
  • Saya sangat ingin ada satu buku solo saya yang diterbitkan, entah itu dari penerbit minor atau mayor. Mungkin akan ada beberapa buku keroyokan lagi yang bisa dibanggakan.
  • Saya sangat ingin diberikan kesiapan untuk menikmati anugerah Tuhan berupa bintang-bintang kecil yang melengkapi kehidupan kami. Entah itu dengan masih tetap bekerja atau harus meninggalkan pekerjaan saya. Semoga saya diberikan kekuatan. Karena saya tidak ingin menjadi yang biasa-biasa saja. Saya ingin menjadi yang luar biasa.


Terimakasih, Tuhan.
Terimakasih, Purnama.

Nay

Akhir Tahun Dua Ribu Lima Belas