Cari Blog Ini

Kamis, 13 November 2014

Jejak Budaya Meretas Peradaban - Diary Sang Motivator

Membaca adalah candu. Barisan kata itulah yang selalu terpatri di alam pikir saya, bahwa membaca selalu membuat ingin lagi dan lagi. Bagi saya candu itu bukanlah bercangkir-cangkir kopi, rokok atau apapun. Buku selalu menjadi sesuatu yang membuat saya ingin dan ingin terus membaca. Saya bisa menghabiskan lima ratus halaman dalam satu hari untuk jenis buku apapun, dengan catatan saya sedang tidak banyak tugas dan pekerjaan. Saya bisa membaca dimana saja, di kamar sambil mendengar musik, sambil sms calon suami, sambil menonton televisi, sambil menunggu angkot ketika pulang kerja, ketika di dalam angkot atau bis, sambil makan siang di food court atau dimanapun.

Akibat kecanduan, rasanya hampa jika tidak ada satupun buku yang harus dilahap. Hingga akhirnya saya mendapat kiriman buku dari seseorang yang saya kagumi, dosen pembimbing skripsi saya. Dua ratus dua halaman ini harus saya habiskan dalam tiga hari karena ada beberapa hal yang harus saya kerjakan disamping kesibukan mengajar di beberapa tempat. Ya. Jejak Budaya Meretas Peradaban milik Much Khoiri a.k.a pak emcho ini telah membuka lebar mata saya betapa banyak jalan Tuhan yang belum saya cicipi, bahwa saya adalah hamba yang kecil, belum bisa apa-apa, bahwa saya adalah kerdil dan tidak layak untuk menyombongkan diri.

Kumpulan Essai, saya lebih suka menyebutnya Diary, milik pak Emcho ini menyajikan empat puluh satu tulisan yang dibagi menjadi tiga bagian, antara lain Jejak Safari Budaya, Jejak Etos-Inspirasi dan Jejak Hikmah-Kearifan. Kesemuanya merupakan rangkuman perjalanan beliau dari mulai yang berhubungan dengan studi, pekerjaan hingga kehidupan pribadinya. Kehangatan sebuah keluarga, kerja keras, istiqomah dalam belajar dan bekerja serta kelucuan-kelucuan namun filosofis dihadirkan dengan renyah disini. Bahasanya yang ringan namun lugas membuat essai-essai ini tidak terkesan berat untuk dibaca.

Saya yang notabene adalah mahasiswi Sastra merasa sangat terbantu dengan adanya buku ini. Pengetahuan saya bertambah. Bagaimana multikulturalisme dalam berbangsa dan bernegara itu sungguh penting (dalam essai Spirit Multikulturalisme: Mutual Understanding). Prinsip Otherness (liyan) menjadi penting dari sekedar keseragaman atau kesamaan. Saya jadi teringat almarhum Gus Dur yang selalu menomorsatukan keberagaman bukan keseragaman.

Disamping itu, posisi saya sebagai tenaga pendidik juga merasa sangat terbantu dengan munculnya tulisan-tulisan pak Emcho, terlebih dalam hal pengajaran bahasa. Permainan wacana disajikan sangat baik dalam artikel berjudul Otewe. Begitupun juga dengan judul Di Atas Langit Ada Langit membawakan konsep pengajaran genre teks yang jarang disampaikan dengan jelas oleh guru bahasa dikarenakan perbendaharaan pengetahuan yang belum cukup.

Kemudian saya menjadi iri ketika membaca Melintasi Khatulistiwa, Plane or Train?, Duel dengan Street Boy di New York, dan Dinner Produktif bersama Pak Profesor. Ternyata bukan hanya tubuh saya yang kerdil, nyali saya pun demikian. Saya belum memiliki kemampuan yang cukup untuk menjelajahi dunia. Saya belum bisa menikmati sisi lain dari sekian juta kilometer luasnya Bumi Tuhan.

Ke Rumah Tegar, Yang Pulang dan Yang Datang serta Rumah Kami Kembali Sepi membawa saya pada perenungan yang teramat dalam. Betapa kehangatan sebuah keluarga utuhlah yang sedang saya rindukan saat ini. "Rumah Tegar" membawa saya rindu "Rumah Bapak" yang jarang saya kunjungi akhir-akhir ini.  

Pada akhirnya saya mengutip penggalan puisi Langston Hughes, bahwa tanpa impian, hidup adalah burung yang berpatah sayap yang tak kuasa terbang. Tanpa impian pula hidup adalah ladang tandus yang membeku bersama salju. Mungkin saya tidak bisa sepenuhnya mewujudkan mimpi-mimpi saya. Namun saya justru akan lebih mudah terjatuh dan tak kuat menahan beban jika saya tidak mempunyai mimpi yang tinggi. Semoga saya dapat memetik hikmah inspirasi dari buku ini, seperti yang pak Emcho pesankan di cover buku: 
Noura, Selamat membaca dan memetik hikmah ispirasi.
TTD
23.10.14






Nay,
13 Nopember 2014
21:16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar