Darah itu mengucur deras
Dari kepala-kepala tak berdosa mengalir
Bau Anyir, busuk, semerbak dari hulu hingga hilir.
Mayat-mayat bergelayut mengambang bebas
Lepas
Sisakan tangis pemecah malam pekat
Bulan malam itu bermata sipit, enggan tuk tampakkan rona
Hanya membuka sebagian mata lalu menutup jua
Rerintik hujan disulap menjadi deras
Sederas darah yang siramkan merah
Bendera merah itu sisakan luka
Semakin beringas sisakan derita
Teriakan tak jadi penghalang
Bendera merah tetap lalu lalang
Malam itu,
Bulan sabit tersenyum kecut.
Malam Tiga Puluh September, palu dan Sabit lepaskan satu persatu nyawa
Tak pandang itu sudra ataupun punggawa negara
Lepas. . Bebas. . . Melayang menembus batas taman langit.
Kini, tanpa sisa. Damailah di sana. . . .
Malam, 30 September 2013
nay
Tidak ada komentar:
Posting Komentar