Cari Blog Ini

Sabtu, 07 September 2013

Kepada Kawan

Kawan,
Andai engkau tahu betapa bahagianya aku. Aku sudah memiliki pekerjaan yang mapan. Menjadi seorang Guru. Ya kawan... Guru. Kamu tahu itu bukan cita-citaku yang sebenarnya.
Kawan, apakah kamu masih ingat saat aku bercerita tentang cita-citaku? Tentang aku yang iri melihatmu kemana-mana membawa kamera, block-note serta bolpoin. Kamu adalah wartawan di sebuah koran nasional. Persis seperti yang kamu cita-citakan. Tentunya sesuai dengan Jurusan Ilmu Komunikasi yang kamu ambil.

Hai kawan,
tentunya kamu masih ingat saat aku berteriak kepadamu ketika namaku ada di pengumuman ujian masuk universitas. Sungguh bahagia seakan terbeli ketika tahu aku akan menjadi bagian dari sebuah jurusan bergengsi di Universitas Negeri. Sastra Inggris. ya. Tentunya kamu tahu bagaimana aku berusaha meyakinkan kedua orang tuaku bahwa aku mencintai Sastra. Aku mencintai dunia ini.
Kawan, pun tentunya kamu ingat betapa aku selalu menyempatkan untuk mampir setiap minggu ke kantormu, hanya untuk menyelipkan satu dua amplop karya-karyaku di meja resepsionis. Aku tak pernah melewatkan satu detikpun tanpa meninggalkan buku kecil ini, yang selalu membawaku kemanapun aku pergi. Milyaran kata tertulis rapi di buku kecil, pemberianmu.

Kawan,
yang seperti itu adalah semata usahaku untuk terus belajar tentang segala isi dunia ini. Bahwa dunia akan terasa indah ketika tersusun dalan sebuah tulisan. Kamu pun tak pernah bosan menemaniku menjelajah tiap perpustakaan, menemukan bukti-bukti bukan hanya sekedar orasi, berbaik-baik dengan hati untuk keberhasilan imaji.
Kawan, kamu tentunya masih ingat  ceritaku saat aku bahagia dengan kuliahku. Aku mempelajari banyak hal tentang dunia. Sastra membawaku pada pemahaman tentang psikologi manusia, sejarah dunia yang bahkan tidak aku pahami sebelumnya, strata sosial yang mampu ciptakan karya, area geografis yang sangat indah, yang mampu membawa pada karya yang indah pula. Pun aku juga belajar tentang perhitungan yang tepat, diksi demi diksi yang mampu terjual sempurna, serta rima irama yang indah bergelora.

Kawan,
aku suka saat kamu memperhatikanku bercerita. Meski hanya diam lalu memetik gitarmu tanda bahagia. Kamu tahu, menjadi penulis adalah cita-citaku. Penulis yang tidak hanya mampu membawaku dikenal massa, namun juga yang bisa mengharumkan nama negara di dunia.

Kawan, maaf.... Pilihanku menjadi seorang guru bukanlah karena aku lelah menulis, bukan karena karyaku tidak laku dijual, bukan pula karena aku tidak berhasil menemukan pekerjaan. Namun inilah kata hati. Sudah saatnya aku berjalan atas naluri. Dan kau tahu, aku telah belajar banyak untuk ini. Aku telah belajar pelbagai jenis ilmu. Kau tahu itu, kawan...
Doakan aku saja. Ini urusanku dengan Tuhan. Dan aku tidak akan pernah menyerah untuk segala yang ada di angan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar