Cari Blog Ini

Jumat, 06 September 2013

La Tahzan - Sisi lain Atiqah Hasiholan

La Tahzan. Ya. Akhirnya ini yang menjadi pilihan. Film garapan Danial Rifki ini diadaptasi dari cerpen karya Ellnoviyanti Nine yang berjudul "Pelajar Setengah TKI" yang kemudian ditulis dengan apik dalam skenario oleh Jujur Prananto. Yang menjadi tokoh utama adalah seorang mojang Bandung, seorang mahasiswi desain yang sedang belajar bahasa Jepang. Namanya Viona yang diperankan oleh Atiqah Hasiholan. Impiannya adalah bisa belajar di Kyoto University. Dan ia berhasil mencicipi Jepang setelah lembaga kursusnya membawanya untuk Arubaito, Belajar Sambil Bekerja.



Istilah cinta semi segitiga lebih saya sukai ketimbang cinta segitiga untuk cerita satu ini. Hasan (Ario Bayu) adalah sahabat Viona sejak kecil. Masalah yang dihadapinya membawanya untuk pergi ke Jepang. Ada problem di bengkelnya dan ia harus mengumpulkan pundi-pundi untuk pengobatan ibunya. Di sisi lain, Yamada (Joe Taslim) mengagumi Viona sejak pertama bertemu ketika tanpa sengaja Viona menabraknya saat ia buru-buru ke kedai Sushi untuk bekerja.

Kepergian Hasan yang tiba-tiba membuat ibunya khawatir dan berpesan kepada Viona untuk mencari anaknya. Dengan modal alamat yang diberikan ibu Hasan, Viona meminta tolong Yamada. Hampir bertemu, namun Hasan belum bersedia menemui Viona.

Hari demi hari dilalui Viona tanpa hasan. Ada saat dimana ia merasa nyaman berkawan dengan Yamada. Begitupun Yamada. Ia merasa telah jatuh hati dan berniat memperistri Viona.

Hasan sudah bersedia menemuinya. Mengetahui Viona sedang dekat dengan Yamada, Hasan hanya berpesan bahwa Viona harus ingat Tuhan. Yamada bukan pemeluk Islam. Karena itu, Yamada bersedia masuk Islam. Ia belajar ilmu agama, belajar tata cara salat dan sebagainya.

Sebuah kenyataan terungkap. Diam-diam Yamada memahami perasaan Viona dan Hasan. Mereka berdua sedang bergejolak. Ia kemudian sadar bahwa agama bukan mainan. Sebenarnya ia masih ragu untuk memeluk Islam. Ia hanya ingin Viona menjadi istrinya.

Saya memberikan dua sampai tiga bintang untuk film ini. Percakapan bahasa jepang yang hampir 60% digunakan membuat saya seperti merasa menonton film jepang. Akting Joe Taslim sangat natural di dukung dengan face-nya yang sangat Jepang sekali. Ario Bayu, sudah pasti tidak diragukan. Sedang Atiqah Hasiholan?

Saya melihat Atiqah berbeda di sini. Selama ini, saya melihatnya sebagai aktris yang selalu memiliki peran serius, high class, moderat, dewasa, dan sebagainya. Seperti di beberapa film yang pernah saya tonton. Antara lain Java Heat, Ruma Maida, Jamila dan Presiden serta Arisan. Di film ini, ia berperan sebagai gadis lulusan Desain yang aktif, lincah, ceria, sedikit manja dan kurang peka. Saya merasa karakter ini kurang pas dimainkan oleh Atiqah. Namun, saya juga melihat ia telah berusaha keras untuk menjadi Viona dengan baik. Di sinilah saya melihat sisi lain dari seorang Atiqah Hasiholan.

Well. La Tahzan. Artinya Jangan Bersedih. Saya masih bingung dimana letak La Tahzan di film ini. Dari awal cerita hingga akhir, saya konsentrasi untuk mereka-reka apa sebenarnya inti film ini. Dan saya hanya menemukan satu kata: Orenji! (red: Orange. Bahasa Jepang) Bahwa sesuatu yang terlihat manis di luar belum tentu manis di dalam. Apakah istilah Orenji ini berlaku bagi kisah hidup Hasan? Atau gambaran Jepang menurut kacamata Hasan dan Viona?
Satu hal yang saya pahami hingga sekarang, bahwa agama bukan permainan yang bisa kita mainkan sewaktu luang, agama bukan kartu yang bisa dibolak-balik sesuka hati. Agama adalah iman. Percaya di dalam hati.

Satu hal lagi, Original Movie Soundtrack yang memakai lagu Udje-Bidadari Surga sempat membuat saya sangat tertarik. Dan akhirnya, non-sense.


Salam.
Nay, 17 Agustus 2013
00:59

Tidak ada komentar:

Posting Komentar