NASKAH DRAMA
PUTERI YANG MALAS
Sutradara:
Noura N
PROLOG
Sebuah kerajaan dengan puteri cantik
tapi pemalas. Raja kebingungan. Masa depan kerajaan yang terancam. Dibawanya
sang puteri ke padepokan. Pemalas tetap pemalas. Dan, sebuah permainan
memberikan kesadaran. Oh, Puteri Amira, Puteri Yang Malas.
(PROLOG DIIRINGI MUSIK LIRIH)
Situasi 1
Suasana
kerajaan yang damai. Lampu sorot ke arah singgasana yang sedang diduduki
seorang raja dan ratu. Di samping kanan kirinya duduk dua puteri yang cantik.
Suara genderang dan tabuh beriringan.
Narrator:
Alkisah. Seorang raja bernama Salman
hidup bersama ratu dan dua orang puterinya.
(MUSIK)
Lampu sorot
ke arah masing-masing puteri raja.
Tampak Puteri
Alimah yang sedang membaca buku dan Puteri Amira yang hanya memainkan jari
jemarinya.
Narrator:
Puteri – puteri yang berbeda...............
(MUSIK)
Lampu Padam
Situasi 2
Latar belakang hutan dan hewan. Suara burung bersahutan. Kehidupan di
hutan.
Narrator:
Pada suatu hari, Raja sedang berburu
rusa dengan pengawalnya yang bernama Ki Salim.
(MUSIK. SUARA BURUNG)
Raja :
Ki Salim, saya sedang bingung. (menggeleng-gelengkan kepala)
Ki Salim : Ada apa, paduka raja? Ada yang bisa
saya bantu?
Raja :
Puteri Amira. Semakin hari dia semakin malas.
Ki Salim : (menganggung-angguk)
Raja :
Puteriku sangat berbeda dengan kakaknya. Dia masih belum bisa membaca.
Bagaimana menurutmu, Ki?
Ki Salim : Paduka, hamba izin memberi saran.
Raja :
Silahkan, Ki.
Ki Salim : Hamba pernah mendengar ada seorang
kyai pintar di ujung hutan. Ia mempunyai sebuah padepokan.
Raja :
Oh ya? (manggut-manggut)
Ki Salim : Benar, paduka. Jika hamba tidak
salah, namanya adalah Kyai Shomad.
Raja :
Apakah kamu yakin kyai itu akan membuat puteriku pintar?
Ki Salim : InsyaAllah, paduka. Kyai Shomad
sangat terkenal di negeri ini. Pasti sang puteri akan menjadi puteri yang
hebat.
Raja :
Baiklah, Ki. Bawa aku kesana esok hari.
Ki Salim : Baik, paduka.
Lampu padam.
(MUSIK)
Situasi 3
Di dalam kerajaan. Raja sedang duduk di singgasana bersama ratu.
Narrator:
Di dalam kerajaan......
(MUSIK)
Raja :
Ratu Sabrina, aku baru saja berbincang dengan Ki Salim.
Ratu :
Ada apa, wahai raja.
Raja :
Aku akan membawanya kepada seseorang yang pintar.namanya Kyai Shomad. Kyai itu
akan membuat anak kita menjadi pintar membaca dan menulis.
Ratu :
Apakah paduka yakin Puteri Amira akan tidak malas lagi?
Raja :
InsyaAllah, Ratu. Dia akan menjadi puteri yang hebat.
Ratu :
Baiklah. Paduka. Jika memang itu yang paduka inginkan.
Situasi 4
Narator:
Raja dan Ratu berbicara kepada puterinya.
Dan ..............
Raja :
Puteriku, Amira. Ayah akan membawamu kepada seorang kyai.
Ratu :
Benar, Puteriku.
Puteri Amira : Hah, Kyai? (MUSIK. D
2X) Tidak Mau, Ayah.
Raja :
Puteriku, apa kamu tidak ingin seperti kakakmu?
Puteri Amira : (Diam. Cemberut)
Puteri Alimah : (Bangkit dari duduk dan berdiri di samping adiknya)
Adikku,
kita sudah besar. Kita harus pandai dan cerdas. Kecerdasan kita akan sangat
dibutuhkan oleh kerajaan ini.
Puteri Amira : TIDAK MAU!
Raja :
PUTERIKU! (Membentak dan berdiri)
Ratu :
Sudahlah, Ayah!
Raja :
(Pergi meninggalkan mereka)
Ratu :
(Memandang Puteri Amira)
Amiraku,
sayang. Ini demi masa depamu.
Puteri Alimah : Iya, adikku. Demi masa depan kita. Masa depan kerajaan ini.
Puteri Amira : (Diam sebentar lalau mengangguk) Baiklah.
(MUSIK)
Situasi 5
Narrator:
Di padepokan..................
(MUSIK)
Kyai Shomad : Assalamualaikum, paduka.
Raja :
Waalaikumsalam. Sampean Kyai Shomad?
Kyai Shomad : Hamba, Gusti. (Menunduk. Menghormati Raja)
Raja : Kyai. Saya ingin bantuan
sampean.
Kyai Shomad : Dengan senang hati, Gusti.
Raja :
Kenalkan. Ini puteri saya. Puteri Amira.
Kyai Shomad : Assalamualaikum, Puteri.
Puteri Amira : Waalaikumsalam.
Raja :
Saya ingin menitipkan Puteri Amira ke Kyai untuk diajari membaca dan menulis.
Kyai Shomad : InsyaAllah, Gusti.
Raja : Terima kasih, Kyai. Kalau
begitu saya pulang dulu. Saya titip Puteri Amira. (bersalaman dengan kyai)
Puteriku,
jaga dirimu baik-baik ya.
Puteri Amira : Baik, Ayah.
(MUSIK)
Narator:
Raja dan pengawal pulang. Kyai Shomad
mengajak Puteri Amira keliling padepokan.
Kyai Shomad : Anakku, Amira. Di sini, teman-temanmu sudah
pandai membaca menulis.
Puteri Amira : (menguap. Tanda mengantuk)
Kyai Shomad : (Arya yang sedang mengajari membaca kemudian
berdiri bersalaman dengan Kyai)
Perkenalkan.
Ini Arya. Arya, ini Amira.
Arya :
(mengangguk)
Puteri Amira : (tetap menguap)
Kyai Shomad : Mari kita lanjutkan. Dan ini tempatmu,
Amira. Kamu akan belajar di sini.
Puteri Amira : (kaget) Hah, (MUSIK. D 2X) saya di sini? Dengan mereka? Mereka dekil dan bau. Mereka pasti malas
mandi. Mereka juga pasti malas belajar.
Kyai Shomad : Silahkan duduk, Amira. Kalian akan belajar
bersama di sini.
Puteri Amira : Pasti saya akan lebih malas dari sebelumnya.
(menggerutu)
Kyai Shomad : (tersenyum) Mari duduk di depan saya agar
kamu bisa lebih mudah menerima pelajaran.
Kyai Shomad memulai mengajar membaca huruf hijaiyah
(MUSIK)
Situasi 6
Kyai Shomad sedang bingung menghadapi Puteri Amira yang masih tetap
malas. Ia kemudian memanggil Arya untuk berdiskusi
Narrator:
Setelah beberapa bulan, sikap Puteri
Amira masih sama. Ia tetap malas. Padahal, teman-temannya sudah mulai pintar. Pada
suatu hari..............
Kyai Shomad : Arya. Saya harus memberi pelajaran khusus untuk
Amira. Kamu bantu saya, ya. Siapkan sebuah permainan. Siapkan pusaka padepokan
di sebuah tempat tersembunyi. Buatlah petunjuk menuju tempat pusaka itu.
Arya :
Baik, Kyai.
Narrator:
Arya kemudian menyiapkan semuanya.
Kemudian, ia memanggil murid-murid Kyai Shomad.
Arya :
Wahai, teman-teman. Saya akan mengajak kalian bermain mencari pusaka padepokan.
Masing-masing dari kalian harus bekerja sendiri. Tidak boleh ada yang membantu.
Ini adalah petunjuknya. Kalian harus membaca dengan teliti. Paham? (sambil
membagi kertas)
Murid-murid : Pahaaaam.
Arya :
Baik. Bisa dimulai sekarang. Satu...dua....tiga... Mulai.
(MUSIK RANCAK)
anak-anak mulai membaca kertas lalu lari-lari mencari petunjuk
Narrator:
Sementara yang lain berlari mencari
petujuk, Puteri Amira nampak kebingungan.
(MUSIK MENDEBARKAN. VOLUME TURUN PERLAHAN SETELAH
MUSIK RANCAK)
Puteri Amira : (berdiri dengan memegang kertas. Mencoba
membaca tapi tidak bisa. Lama-lama menangis)
Kyai Shomad : (berjalan menghampiri Puteri Amira,
menggandengnya dan mengajak masuk saung) Amira anakku, dengarkan saya.
Puteri Amira : (duduk dan menangis)
Kyai Shomad : Amira, belajar membaca dan menulis sangat
penting. Jika kamu bisa, maka akan
dengan mudah bagimu untuk menyelesaikan permainan ini. Karena kamu malas maka
kamu kalah dengan teman-temanmu. Mengerti?
Puteri Amira : Mengerti, Kyai.
Kyai Shomad : Bersediakah kamu rajin belajar setelah ini?
Puteri Amira : Bersedia, Kyai. Saya minta maaf. Saya tidak
akan mengulangi kesalahan saya lagi.
Situasi 7
Beberapa anak
sedang diajar langsung oleh Kyai Shomad. Tampak Puteri Amira diantaranya.
Mereka sangat semangat belajar.
Narrator:
Setelah itu, Puteri Amira rajin
belajar. Ia memperhatikan apa yang dijelaskan oleh Kyai Shomad. Akhirnya,
Puteri Amira lancar membaca dan menulis. Ia menjadi murid Kyai Shomad yang
paling hebat.
Situasi 8
Raja datang menjemput Puteri Amira.
Raja :
Assalamualaikum. Terima kasih, Kyai. Saya sangat berterimakasih kepada sampean.
Kyai Shomad : Sudah kewajiban hamba mengajari murid-murid
hamba, Gusti.
Raja :
Sekali lagi terima kasih.
Kyai Shomad : (mengangguk) Kamu harus selalu mengingat apa
yang sudah kamu pelajari di sini, Amira.
Puteri Amira : Baik, Kyai. Saya berjanji.
(MUSIK)
Narrator:
Akhirnya, Raja dan Puteri Amira
kembali pulang ke kerajaan. Ratu Sabrina dan Puteri Alimah serta seluruh
penghuni kerajaan menyambutnya dengan sukacita.
Rakyat: Hidup
Putri Amira. Selamat Datang Puteri Amira. Hidup Raja.
(MUSIK RIANG)
Narrator:
Teman-teman, jangan lupa belajar ya.
Kita harus rajin belajar. Kita tidak boleh menjadi pemalas seperti Puteri
Amira. Jika kita rajin belajar pasti kita akan menjadi orang yang sangat hebat.
Musik riang.
Lampu sorot
ke arah keluarga kerajaan yang sedang bahagia.
Musik semakin
riang.
Lampu padam
Tirai
menutup.
Musik
penutup.
Para pemain
keluar panggung dengan bergandeng tangan.
Noura N.
September 2016
Untuk Teater Anak
SDNU Kanjeng Sepuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar