Cari Blog Ini

Senin, 12 November 2012

Tawadhu' yang Memudar

Saya tiba-tiba memiliki ide menulis saat membaca status update dari salah satu kawan facebook saya. Sebut saja namanya: Bunga. Anda bebas menafsirkan Bunga itu laki-laki atau perempuan.


Jejaring sosial merupakan media bagi tiap individu untuk berinteraksi dengan sekitarnya. Dewasa ini, jejaring sosial yang ada semakin meluas. Mulai dari friendster, facebook, twitter, MySpace, Flickr, Koprol dan lain sebagainya. User atau pengguna jejaring sosial tersebut terdiri atas berbagai kalangan. Mulai dari seorang murid kelas empat SD, Mahasiswa, Tenaga Pendidik, Direktur, Presiden bahkan buruh pabrik pun sudah menggunakannya.


Banyak hal yang dapat dilakukan lewat jejaring sosial. Situs pertemanan dunia maya ini memiliki fungsi yang bermacam-macam. Bisnis sekarang dapat dilakukan lewat dunia maya. Salah satunya adalah dengan menjamurnya online shop untuk berbagai barang. Tidak jarang juga yang memanfaatkan jaringan sosial sebagai media informasi seputar lomba, launching buku-buku terbaru bagi para bookaholic, serta jadwal konser musik. Pun banyak sekali yang menjadikan jejaring sosial sebagai buku catatan harian-Diary-yang bisa dijadikan tempat curhat bagi siapapun dan kapanpun.


Saat ini, yang saya soroti adalah jejaring sosial yang difungsikan sebagai media untuk mencurahkan segala keluh kesah yang ada. Dalam hal ini adalah facebook. Alasan saya adalah karena saya merasa miris melihat beberapa testimoni yang diupdate oleh facebook user yang notabene adalah tenaga pendidik. Setahu saya (benarkan bila saya salah) seorang peserta didik diharuskan untuk memiliki sikap tawadhu’ atau merendahkan dirinya kepada Guru. hal ini dikarenakan Guru memiliki peranan penting yang selalu digugu dan ditiru. Seorang siswa yang tidak menghormati guru maka ia akan tidak memiliki ilmu yang bermanfaat.


Kasusnya sekarang, banyak sekali oknum guru yang sering curhat tentang masalah muridnya di facebook. Tidak jarang juga banyak yang secara tidak langsung menjelek-jelekkan muridnya. Hal ini ditambah dengan komentar-komentar dari siswa dalam menanggapi testimoni dari guru tersebut. Bahasa yang digunakan sangat tidak sopan dan tidak memiliki tata krama. Anehnya, guru pun kadang menanggapi itu dengan bahasa yang lebih tidak bertata krama lagi.


Pada zaman modern ini, guru memang ditintut untuk lebih aktif serta bersahabat dengan murid. Zaman sudah berbeda. Kenakalan remaja dewasa ini memang sudah harus ditangani dengan sikap bersahabat. Namun, apakah dengan sikap bersahabat tersebut semuanya baik-baik saja? Sikap bersahabat yang seperti apakah yag dimaksud sedangkan peserta didik kadang salah mengartikan sikap guru tersebut.


Saya tidak memiliki kesimpulan pasti tentang hal ini. Yang jelas, sikap hormat-menghormati antara guru dan murid saat ini sudah memudar. Saya tidak bisa menyalahkan siapapun karena tidak ada yang salah selama semua masih memiliki batas-batas yang pasti. Guru adalah panutan. Guru=Digugu lan Ditiru. Semoga saya serta anda sekalian masih memiliki sikap tawadhu’ itu. Amin


Gresik, 13 Nopember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar